Wahai saudaraku...jika engkau mendahulukan urusan akhirat, daripada urusan duniawimu, maka pasti engkau akan mendapatkan kebahagiaan kedua-duanya. Namun jika engkau mendahulukan urusan duniawi, maka engkau akan rugi bahkan siksa menantimu.
Jika kehidupan akhirat lebih engkau utamakan, maka semua urusan duniamu akan menjadi baik. Engkau akan hidup lebih menyenangkan. Jika engkau mementingkan kehidupan kehidupan dunia, maka dirimu akan tersiksa. Engkau merasa tidak tenang, menjadi rakus, dengki dan tidak pernah merasa puas. Kelak di akhirat engkau pun diancam dengan siksa yang sangat pedih.
Wahai saudaraku...perhatikanlah apa yang kusampaikan ini...!. Mengapa engkau sibuk dengan sesuatu yang tidak diperintahkan kepadamu untuk melakukannya?. Jika engkau tidak rakus yerhadap kehidupan duniawi, tentu Alloh akan memberi pertolongan dan memberi anugerah kepadamu. Jika engkau memungut sesuatu dari dunia, maka sama halnya enkau menyia-nyiakan barokah yang ada disana.
Wahai saudaraku...seharusnya engkau beramal untuk dunia dan akhirat. Maka terimalah dunia sebagai bekal menumpang. Janganlah memungut sesukamu. Orang yang bodoh itu, pandangannya hanya tertuju kepada duniawi saja. Sedangkan orang arif, perhatiannya senantiasa tertuju kepada Alloh Swt (kehidupan akhirat). Jika engkau memungut duniawi dengan hawa nafsumu, maka perhatikanlah siapa penguasa birahi...?Karena hal itu tidak akan menguntungkan dirimu. Lawanlah hawa nafsumu dan didiklah ia agar berada disisi Alloh yang Haq.
Wahai saudaraku...janganlah engkau merasa berputus asa dari Rahmat-Nya. Jangan pula engkau melakukan kedurhakaan kepada-Nya yang menyebabkan engkau berlumuran dosa. Sucikanlah pakaianmu dari najis, dan sucikanlah jiwamu dengan taubat dan ikhlas. Syara’ mengajar lahir serta tauhid, sedangkan ma’rifat mengajar batin. Alangkah jauh perbedaan antara kata mereka dengan kata kita. Kamu katakan itu haram, tapi kamu berbuat dosa, serta kamu katakan itu halal, tapi kamu enggan melakukannya. Sungguh kamu berada dalam kerugian yang sangat besar.
Rosululloh Saw pernah bersabda :
“Celaka bagi orang bodoh (sekali) dan bagi orang yang berilmu (tujuh kali)”
Satu kebinasaan orang yang bodoh adalah karena ia tidak mau belajar. Tujuh kali kebinasaan orang yang berilmu karena ia menyia-nyiakan ilmunya. Ulama tapi tidak mengamalkan ilmunya, maka hilanglah serta lenyaplah barokah ilmunya tersebut. Sedangkan jika berilmu lalu mengamalkan ilmunya serta memperbaiki cara menyintai Alloh, maka jika cintanya bersih dan ikhlas, pasti hal itu semakin mendekatkannya kepada Alloh Swt. Maka dengan demikian, ilmunya dapat menyebabkan kemuliaan didepan makhluk dan kebahagiaan didepan Alloh Ta’ala.
Wahai saudaraku...Alloh itu bisa diingat dalam hati. Namun kebatilan letaknya dalam nafsu. Jagalah hatimu hingga mendekat kepada Alloh yang Maha Qodim, Azali, Dan Maha Abadi.
Wahai orang munafik...kalian adalah penghamba perut, makanan, pakaian, kendaraan atau kekuasaan. Hati orang yangbenar itu menjauh dari makhluk untuk menuju kepada pencipta. Ulama yang mengamalkan ilmunya adalah pengganti para salaf. Mereka memimpin untuk kebangkitan islam dalam pusat syariat dan membentengi dari kehancuran di hari kiamat nanti. Mereka berkumpul dengan para Nabi. Mereka dianugerahkan pahala dari Alloh Swt. Alloh telah memberi contoh orang-orang yang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya itu ibarat seekor himar.
Alloh Swt telah berfirman :
“Seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal” (QS.Jumah:5)
Asfar itu adalah kitab-kitab yang tebal. Mana bisa berguna bagi keledai yang memikul kitab tersebut. Dia tidak bisa menghasilkan apapun kecuali hanya kelelahan saja. Siapa yang bertambah ilmunya seharusnya bertambah pula amaliahnya dan harus bertambah pula rasa takutnya kepada Alloh Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar